Mengenal istilah Deprivasi Relatif
Suatu ketika, seorang kenalan bercerita kepadaku mengenai seorang anak yang ia didik. Mari kita panggil ia Rahman. Rahman merupakan seorang anak tunggal dengan latar belakang ekonomi tidak mampu. Setelah lulus SMP, Rahman diam-diam mengikuti tes masuk salah satu sekolah terbaik di Indonesia yang konsisten masuk ranking 10 besar SMA terbaik tiap tahunnya. Bahkan, lulusan SMA tersebut sudah menjadi tradisi digadang-gadang langganan masuk Top 3 PTN di Indonesia. Rahman bukanlah anak yang pintar-pintar amat namun dia rajin. Saat ia dinyatakan lolos di SMA tersebut, orangtua Rahman senang dan berbangga hati namun juga mengalami kebingungan dengan biaya akademis Rahman nantinya. Hal ini wajar tentunya dikarenakan Rahman harus survive agar dapat bersanding dengan siswa-siswa lainnya
Singkat cerita, menjelang kelulusan SMA-nya, Ternyata Rahman kesulitan dalam mengejar ketertinggalan didalam pelajaran kelas. Rahman tidak dapat bersaing secara mumpuni dengan teman-temannya. Dia merasa tidak puas hanya karena sebelumnya ia bisa lolos di SMA tersebut. Oleh karena itu, saat pemilihan perguruan tinggi negeri melalui jalur siswa eligible, Rahman mengambil langkah berani. Bahwa dia memilih Unsil (Universitas Siliwangi) sebagai tempat pertempuran selanjutnya. Belakangan ini kudengar bahwa dia sudah berada di semester 6 dan sejauh ini Rahman dapat dibilang cukup aktif di kelas dan nilai IPK-nya menurut kami memuaskan.
Hal inilah yang merupakan analogi dari ikan besar-kolam kecil. Sebelumnya masuk SMA, Rahman yang merupakan ikan kecil memilih masuk dalam perairan kolam besar yang dimana berisi ikan-ikan besar pula. Hal inilah yang membuat Rahman kesulitan menjadi besar pula di kolam tersebut. Seiring berjalannya waktu, Rahman yang keluar dari kolam besar (SMA) dan memilih untuk masuk ke kolam kecil. Yaitu universitas negeri dengan grade B. Padahal, Rahman yang ditempa selama 3 tahun di kolam besar seharusnya ikut menjadi ikan yang besar pula. Namun, Rahman sadar jika ia menjadi ikan besar di kolam besar yang berisi teman-teman ikannya yang besar pula maka dia kesulitan untuk menjadi paling besar di antara teman-temannya. Paling besar ini merupakan analogi dari berprestasi. Oleh karena itu, Rahman yang merupakan ikan besar memutuskan masuk ke kolam kecil yang dimana berisi ikan-ikan kecil dari latar belakang yang beragam. Rahman jadi tidak begitu kesulitan untuk menyesuaikan dengan pelajaran dan output yang dihasilkan Rahman menjadi mahasiswa yang menonjol dibanding teman lainnya.
Analogi lain dari cerita diatas ialah fakta bahwa Rahman yang memilih menjadi seorang Jenderal di negara kecil daripada menjadi serdadu tingkat rendah di negara dengan kemampuan militer yang maju.
Hal inilah yang disebut dengan Deprivasi Relatif.
Apa sebenarnya Deprivasi Relatif itu?
Brown (2012) mendefiniskan deprivasi relatif adalah keadaan psikologis dimana seseorang merasakan ketidakpuasan atau kesenjangan yang subjektif pada saat keadaan diri dan kelompoknya dibandingkan dengan kelompok lain. Deprivasi bisa menimbulkan persepsi ketidakadilan yang muncuk karena deprivasi akan mendorong adanya ketidakpuasan.
Contoh sederhananya, kamu adalah siswa SMA yang tidak terlalu pintar dibandingkan teman sekelasmu. Lalu, ada suatu kejadian aneh yang menyebabkan dirimu kembali pada saat kamu masih SD tapi dengan pengetahuan dan keterampilan yang sudah dimiliki pada usia kamu yang SMA. Tentu saja dengan kapasitas diri seorang anak SMA kamu bisa menjadi lebih menonjol dibandingkan teman-temanmu yang masih SD.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya deprivasi relatif pada
seseorang. Dari telaah teori secara umum
dapat dikatakan bahwa deprivasi relatif
terjadi karena adanya ketidakadilan sosial
yang dialami oleh seseorang. Hasil penelitian Faturochman (1998) menyatakan
bahwa simptom deprivasi relatif berkaitan
dengan rasa ketidak adilan. Hal ini sesuai
dengan pendapat Gurney dan Tierney
(1982) yang menyatakan gerakan sosial
muncul ketika orang merasa diabaikan
atau tidak diperlakukan selayaknya, relatif
dibandingkan dengan perlakuan terhadap
orang lain atau bagaimana mereka merasa
seharusnya diperlakukan.